Sabtu, 13 Juni 2009

Tips dan Trik Meneruskan Usaha Keluarga


Kisah Sukses Bapak Ciputra

oleh : A. B. Susanto
Managing Partner The Jakarta Consulting Group

Inilah kisah pengusaha sukses Ciputra yang akrab dipanggil Pak Ci dalam sebuah forum Family Business yang kami selenggarakan. Dalam rangka mempersiapkan generasi ketiga, Pak Ci telah mempersiapkan semacam kontrak keluarga (family contract), yang akan dibuat secara tertulis.

Dalam perjanjian tersebut antara lain disebutkan bahwa bila seorang anggota keluarga ingin meninggalkan perusahaan, dia tidak bisa menjual sahamnya tanpa persetujuan anggota keluarga yang lain. Bila dia ingin mendirikan usaha dalam bidang yang sama, dia hanya boleh jadi direksi, tidak jadi komisaris.

Menurut Pak Ci, perjanjian-perjanjian seperti ini harus dilakukan justru pada saat seluruh anggota keluarga masih sehat dan mampu. Setiap 1 atau 2 bulan sekali diadakan rapat keluarga, serta rapat dengan para profesional sebulan sekali.

Untuk generasi ketiga, Pak Ci mensyaratkan bahwa sebelum bekerja dalam perusahaan, mereka harus memiliki pengalaman bekerja di luar sekurang-kurang 3 tahun, dan bila sudah masuk dalam perusahaan akan ditempatkan di tempat yang sesuai dengan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki.

Menurut Pak Ci, generasi kedua yang masuk ke dalam perusahaan harus qualified dan bersikap profesional, dan harus patuh pada jam kerja yang telah ditetapkan. Jika mereka tidak mampu untuk memenuhi kriteria-kriteria di atas, mereka disarankan untuk bekerja di perusahaan lain atau tidak usah bekerja, cukup jadi komisaris, sebab kalau dia tidak qualified dan masuk di perusahaan dan jadi direktur, seluruh perusahaan dapat hancur. Guna membantu mewujudkan family governance, Pak Ci tidak segan-segan untuk meminta bantuan konsultan independen.

Secara umum sebuah perusahaan keluarga akan melewati empat tahapan, yaitu pengembangan, pengelolaan, transformasi, dan keberlanjutan. Perkembangan perusahaan keluarga bermula dari close-circle family atau immediate family sang pendiri. Berikutnya, ketika perusahaan mulai tumbuh, generasi kedua dan extended family mulai masuk, bahkan menjadi the dynasty of family. Selanjutnya perusahaan keluarga yang bisa survive mulai mengalami professional influx. Saat mencapai kematangan (maturity) dan stabil, peran profesional diperlukan untuk menangani perusahaan.

Bila berhasil mencapaui tahap ini, kemampuannya bersaing telah terbukti. Namun perusahaan tidak boleh berpuas diri. Perubahan akibat globalisasi, persaingan yang mematikan, teknologi yang maju dan cepat usang, perubahan iklim, dan krisis ekonomi global akan berdampak bagi perusahaan keluarga.

Tugas penerus

Apa pun perubahan yang terjadi, setiap pendiri dan pemilik perusahaan keluarga pastilah ingin agar perusahaan yang telah dibangunnya dengan susah payah mampu bertahan dan semakin berjaya meskipun sang pemilik telah meninggalkan perusahaan. Menjadi tugas generasi peneruslah untuk mewujudkan cita-cita sang pendiri ini.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memutuskan apakah dia ingin bergabung dengan perusahaan keluarga atau tidak. Sebuah keputusan yang tidak mudah karena pertimbangan kewajiban terhadap keluarga, ketidaksenangan karyawan, persaingan antarsaudara, dan sederet pertimbangan lainnya.

Bila generasi penerus merasa mantap untuk mengambil alih kepemimpinan perusahaan, pertama-tama perlu dilakukan evaluasi menyangkut proses pengambilan keputusan, prioritas jangka pendek demi kelangsungan perusahaan jangka panjang, perubahan dalam hubungannya dengan keluarga, moral karyawan, serta visi dan misi perusahaan.

Ke dalam keluarga sendiri, bila generasi penerus mampu mengelola potensi konflik dalam anggota keluarga dengan baik, keikutsertaan anggota keluarga lain dalam perusahaan juga dapat meningkatkan harmoni. Kebersamaan, bahu-membahu dalam membangun perusahaan keluarga akan mempererat tali kekeluargaan.

Generasi penerus berkewajiban untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Hal ini akan dapat membantu mereka mendapatkan penerimaan dan kredibilitas di mata karyawan perusahaan keluarga.

Penerimaan dan kredibilitas dapat menjadi kunci diperolehnya legitimasi, di mana seseorang mencapai sebuah posisi kekuasaan dan wewenang dengan memperoleh kepercayaan diri dan juga kepercayaan dari orang lain untuk memberikan kontribusi yang signifikan.

Legitimasi ini selanjutnya dapat menjadi modal yang dapat dimanfaatkan bagi kesuksesan sang penerus, di mana dia dapat menjalankan tugas-tugas strategis dan memperoleh kepercayaan untuk menduduki kursi kepemimpinan menggantikan generasi senior.

Pengalaman generasi penerus bekerja di luar perusahaan keluarga sebelum bergabung dalam perusahaan keluarga, akan memberi nilai tambah. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa generasi penerus yang bergabung dengan perusahaan keluarga setelah memiliki pengalaman bekerja di tempat lain ternyata diterima dengan baik oleh para karyawan perusahaan keluarga.

Mereka juga memperoleh insight yang sangat berharga mengenai dasar-dasar operasi sebuah perusahaan sehingga meningkatkan kredibilitas yang dimiliki, yang diperoleh dengan adanya pengalaman yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan suatu tugas lebih baik dibandingkan dengan orang lain.

Ada kalanya generasi muda memutuskan bergabung dengan perusahaan keluarga sebagai cara cepat dam mudah mendapatkan pekerjaan pemilik/pemimpin perusahaan pun seringkali mau menerima dengan alasan hubungan keluarga.

Namun, jika generasi penerus ini tidak kompeten, tidak mau belajar, bekerja keras, dan tidak mampu bekerja sama dengan orang lain, maka cepat atau lambat dia akan mendapatkan kesulitan. Posisinya tidak lagi aman. Perusahaan yang baik tidak mungkin menerima dan mempertahankan orang-orang yang tidak kompeten, yang mengancam eksistensi perusahaan.

Inilah tantangan yang dihadapi oleh generasi penerus, menjadikan perusahaan keluarga menjadi perusahaan yang profesional yang akhirnya menjadi perusahaan berkelas dunia dan sekaligus mematahkan mitos yang selama ini terkenal melekat dalam perusahaan keluarga, yaitu generasi pertama membangun, generasi kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan.

Tidak ada komentar: